Wednesday, November 16, 2011

setiap kebaikan berbuah kebahagiaan

Alkisah pada suatu senja temaram, tampak seorang perempuan cantik berusia empat puluhan, berpakaian indah dan santun, turun dari mobil mewah yang ditumpangi. Dengan wajah yang tidak bahagia, dia mendatangi rumah bibinya yang berada di pinggir kota, jauh dari keramaian.
Setelah melepas kangen, sambil menarik napas panjang, perempuan itu berkata, "Bibi. Setelah anak-anak besar, saya merasa kesepian dan tidak bahagia. Saya merasakan kehidupan yang hampa dan tidak bermakna lagi." Sambil tersenyum bijak, tanpa berkomentar sedikit pun si bibi memanggil seorang perempuan, yang bekerja sebagai pembantu harian di rumah itu.
"Mbak Anik. Ini keponakan ibu. Datang dari kota ingin mendengar kisah bahagia. Nah, tolong diceritakan, bagaimana caranya menemukan kebahagiaan?"
Anik duduk di kursi yang ada di dekat perempuan itu, lalu mulai bercerita dengan gaya bahasanya yang lugu dan sederhana. Suaranya jernih dan jelas.
"Begini, Non. Saya pernah punya suami dan anak. Tetapi, suami saya meninggal karena kanker. Celakanya, tiga bulan kemudian putra tunggal saya menyusul bapaknya, meninggal ditabrak truk. Saat itu, saya tidak punya siapa pun. Saya enggak bisa tidur, enggak enak makan, enggak bisa tersenyum apalagi tertawa. Tiap hari selalu ada waktu untuk menangisi nasib saya yang jelek ini. Saya bahkan berpikir mau bunuh diri saja.
Lalu suatu malam, waktu pulang kerja, seekor kucing mengikuti saya. Karena di luar dingin, saya membiarkan anak kucing itu masuk ke dalam rumah. Saya memberinya susu, yang langsung habis diminum. Anak kucing itu mengeong dan menggosok-gosokkan badannya ke kaki saya. Untuk pertama kalinya dalam bulan itu, saya bisa tersenyum.
Saya sendiri merasa keheranan, lalu berpikir, jika membantu seekor anak kucing saja bisa membuat saya tersenyum, mungkin melakukan sesuatu untuk orang lain bisa membuat saya bahagia. Jadi, hari berikutnya, saya membuat kue pisang dan memberikannya ke tetangga yang lagi sakit dan tak bisa bangun dari tempat tidurnya. Dia sangat senang menerima pemberian saya dan kami pun sempat ngobrol dengan bahagia.
Setiap hari, saya mencoba berbuat baik, paling sedikit satu kali sehari berbuat baik. Karena yang saya rasakan, saat melihat orang lain bahagia, saya juga merasa bahagia. Hari ini, rasanya tidak ada orang yang bisa makan lahap dan tidur pulas seperti saya. Saya menemukan kebahagiaan ketika bisa membahagiakan orang lain."
Mendengar cerita Anik, sontak perempuan kaya itu menangis. Ia sadar, ia punya segala sesuatu yang bisa dibeli dengan uang, tapi dia kehilangan hal-hal yang tak bisa dibeli uang. Kekayaan yang dipunyai ternyata tidak mampu membuatnya bahagia. 

             Bersyukur adalah "ilmu hidup" yang harus kita praktikkan. Kebahagiaan itu, bukan sekadar apa yang kita dapatkan, malah seringkali, mampu memberikan bantuan / pertolongan bagi orang yang memerlukan, dan hal itu pasti akan melahirkan kebahagiaan sejati yang alami.

sumber: http://m.andriewongso.com/artikel/aw_artikel/4034/Mencari_Kebahagiaan/

Merantau


Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman
Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang
Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang

Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan
Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak kan keruh menggenang

Singa jika tak tinggalkan sarang tak akan dapat mangsa
Anak panah jika tidak tinggalkan busur tak akan kena sasaran

Jika matahari di orbitnya tidak bergerak dan terus diam
Tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang

Bijih emas bagaikan tanah biasa sebelum digali dari tambang
Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika di dalam hutan


~Imam Syafii~

Diambil dari novel Negeri 5 Menara

Tuesday, November 1, 2011

ayo NASIONALISASIkan freeport


SEPENGGAL LUPA TENTANG FREEPORT

Kontrak dimulai tahun 1967 dan baru akan berakhir tahun 2041. Beberapa sumber menghitung bahwa sejak 1967 sampai 2010 (43 tahun) sudah menghasilkan 7,3 juta ton tembaga dan 724,7 juta ton emas. Kalau diuangkan dengan patokan harga emas tiap gram sekarang senilai Rp 500.000,- saja, maka jumlah uang yang dihasilkan kurang lebih adalah; 724 trilyun 700 ribu gram kali Rp 500.000,- = 362.350 trilyun. Artinya tiap tahun Freeport menghasilkan kekayaan sebesar: 362.350 trilyun : 43 = 8.426,7442 trilyun. Katakanlah setelah dipotong macam-macam biaya hasil bersihnya adalah 8.000 trilyun (coba bandingkan dengan anggaran APBN tahun ini yang cuma 1.202 trilyun)Dari jumlah ini, Indonesia hanya mendapat 1%. Artinya hanya sekitar 80 trilyun tiap tahun (kalau menurut berita-berita di media massa jumlahnya malah hanya 15 sampai 20 trilyun pertahun, alias seperempat dari cukai rokok yang tahun 2010 saja menyumbang devisa sebesar 66 trilyun). Sementara sisanya yang 99% masuk ke perusahaan di AS. Sekarang mari kita bayangkan, kalau saja pemerintah berani menuntut perubahan kontrak karya dan meminta bagian 30% saja, maka tiap tahun kita bisa memperoleh minimal 2.400 trilyun (alias dua kali lipat APBN tahun ini). Itu baru dihitung dari nilai emas, belum lagi dari hasil tambang lainnya. Meski demikian, baru dari emas yang dihasilkan saja, kita sudah bisa menghitung bahwa pada dasarnya kita tak perlu lagi punya hutang, rakyat juga akan sejahtera, bisa memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan gratis. Bukan cuma Papua yang akan sejahtera dan bermartabat, tapi seluruh Indonesia. Apalagi sekarang ditemukan uranium yang harganya 100 kali harga emas. Bahkan menurut para ahli, bila dipakai untuk PLTN, kandungan uranium disana mampu dipakai utuk menerangi seluruh dunia. (diambil dari berbagai sumber, karena transparansi tak bisa ditunjukkan oleh pihak Freeport)