Sunday, March 4, 2012

Hal-Hal yang Membentuk Perilaku Etis Saat Bekerja


Hal-Hal yang Membentuk Perilaku Etis Saat Bekerja
Bersikap etis atau tidak seseorang di tempat kerja biasanya bukanlah hasil dari apa pun. Sebagai contoh, hal ini bukan saja kecenderungan etis para karyawan, karena bahkan karyawan yang etis pun dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor organisasional. Jadi tugas pertama manajer adalah memahami apa yang membentuk perilaku etis, dan kemudian mengambil langkah-langkah nyata untuk memastikan bahwa para karyawan membuat pilihan-pilihan yang etis. Faktor-faktor yang membentuk perilaku etis yakni:
  • Faktor-Faktor Perorangan
Karena orang membawa nilai-nilai apa yang mereka anggap benar dan salah ke perkerjaan mereka, setiap individu harus menanggung beban kredit (atau kesalahan) untuk pilihan etika yang dibuatnya. Satu survei pada CFO perusahaan manufaktur mengekplorasi pemikiran mereka pada terikat atau tidak terikat dalam dua praktik bisnis yang dipertanyakan: mereka mencoba mendapatkan rahasia teknologi perusahaan pesaing dan memberikan pembayaran pada pemerintah asing untuk mengamankan bisnis. Para peneliti menyimpulkan bahwa predisposisi personel secara lebih kuat mempengaruhi keputusan daripada tekanan lingkungan atau karakteristik organisasi. Dalam kasus apapun, ujian kejujuran menunjukkan bahwa sebagian orang lebih cenderung untuk membuat pilihan etis yang benar maupun yang salah
  • Faktor-Faktor Keorganisasian
 Hal yang menakutkan dari perilaku tidak etis saat bekerja adalah bahwa hal itu tidak timbul karena keinginan pribadi. hasil-hasil dari suatu survei sebab-sebab utama pelanggaran prosedural yang berkaitan dengan etika yakni berada di bawah tekanan untuk memenuhi jadwal yang penuh tekanan adalah faktor pertama yang menyebabkan pelanggaran etika. Untuk sebagian besar karyawan ini beranggapan bahwa “mencapai target keuangan atau bisnis yang sangat tinggi” dan “membantu agar perusahaan dapat bertahan” adalah dua alasan teratas, sedangkan untuk “meningkatkan karier individu dan keuntungan keuangan individu” berada di peringkat terbawah dari daftar tersebut. Oleh karena itu (paling tidak dalam kasus ini), hampir semua pelanggaran etika terjadi karena pera karyawan merasa tertekan untuk melakukan apa yang mereka pikir adalah cara terbaik untuk membantu perusahaan mereka.
  • Pengaruh Atasan
Atasan menetapkan karakter umum, tindakannya merupakan sinyal-sinyal tentang apa yang benar dan apa yang salah. Menurut laporan,, misalnya “tingkah perilaku yang tidak dapat diterima saat bekerja turun dengan dramatis saat para karyawan mengatakan para penyelia mereka menunjukkan perilaku yang etis.” Hanya 25% karyawan yang setuju bahwa para penyelia mereka “memberikan contoh yang baik mengenai perilaku bisnis yang etis” mengatakan mereka telah melakukan pengamatan pelanggaran etika tahun lalu, bandingkan dengan 72% yang tidak merasa bahwa para penyelia mereka memberika contoh etika yang baik. Beberapa cara tentang bagaimana para penyelia secara sadar (atau tidak sadar) mengarahkan bawahan untuk melakukan hal yang tidak benar seperti : Mengatakan pada para staf untuk melakukan apa pun yang diperlukan untuk mencapai hasil.  Membebani berlebihan orang-orang dengan kinerja puncak untuk memastikan pekerjaan tersebut selesai. Mencari jalan lain saat terjadi hal-hal ilegal. Mengambil hasil kerja orang lain atau menghindari kesalahan.
  •  Aturan Hukum dan Kebijakan Etika
Aturan dan kebijakan etika adalah satu tanda bahwa perusahaan serius dalam masalah etika. Kadang kala aturan etika berjalan dengan baik, dan kadang kala tidak. Sebagian perusahaan sangat mendorong karyawannya untuk mengikuti “tes etika” untuk mengevaluasi apa yang akan mereka lakukan sesuai dengan aturan sikap di perusahaan yang bersangkutan.
  • 5.      Budaya Organisasi
Budaya organisasi adalah karakteristik nilai, tradisi, dan perilaku perusahaan yang dimiliki oleh para karyawannya. Nilai adalah keyakinan dasar tentang apa yang benar dan salah, atau tentang apa yang harus kita lakukan dan apa yang tidak (kejujuran adalah kebijakan yang terbaik). Nilai merupakan hal terpenting karena nilai-nilai itu memberikan pedoman dan menghubungkan perilaku, mengelola orang, membentuk perilaku mereka tergantung pada pembentukan nilai-nilai yang mereka gunakan sebagai pedoman perilaku. Oleh karena itu, budaya perusahaan harus mengirim sinyal yang jelas tentang apa perilaku yang bisa dan tidak bisa diterima.

No comments: