Hal-Hal yang Membentuk Perilaku
Etis Saat Bekerja
Bersikap etis atau tidak seseorang di tempat kerja
biasanya bukanlah hasil dari apa pun. Sebagai contoh, hal ini bukan saja
kecenderungan etis para karyawan, karena bahkan karyawan yang etis pun dapat
dipengaruhi oleh faktor-faktor organisasional. Jadi tugas pertama manajer
adalah memahami apa yang membentuk perilaku etis, dan kemudian mengambil
langkah-langkah nyata untuk memastikan bahwa para karyawan membuat
pilihan-pilihan yang etis. Faktor-faktor yang membentuk perilaku etis yakni:
- Faktor-Faktor Perorangan
Karena orang membawa nilai-nilai apa yang mereka
anggap benar dan salah ke perkerjaan mereka, setiap individu harus menanggung
beban kredit (atau kesalahan) untuk pilihan etika yang dibuatnya. Satu survei
pada CFO perusahaan manufaktur mengekplorasi pemikiran mereka pada terikat atau
tidak terikat dalam dua praktik bisnis yang dipertanyakan: mereka mencoba
mendapatkan rahasia teknologi perusahaan pesaing dan memberikan pembayaran pada
pemerintah asing untuk mengamankan bisnis. Para peneliti menyimpulkan bahwa
predisposisi personel secara lebih kuat mempengaruhi keputusan daripada tekanan
lingkungan atau karakteristik organisasi. Dalam kasus apapun, ujian kejujuran
menunjukkan bahwa sebagian orang lebih cenderung untuk membuat pilihan etis
yang benar maupun yang salah
- Faktor-Faktor Keorganisasian
Hal yang menakutkan dari perilaku tidak etis saat
bekerja adalah bahwa hal itu tidak timbul karena keinginan pribadi. hasil-hasil
dari suatu survei sebab-sebab utama pelanggaran prosedural yang berkaitan
dengan etika yakni berada di bawah tekanan untuk memenuhi jadwal yang penuh
tekanan adalah faktor pertama yang menyebabkan pelanggaran etika. Untuk
sebagian besar karyawan ini beranggapan bahwa “mencapai target keuangan atau
bisnis yang sangat tinggi” dan “membantu agar perusahaan dapat bertahan” adalah
dua alasan teratas, sedangkan untuk “meningkatkan karier individu dan
keuntungan keuangan individu” berada di peringkat terbawah dari daftar
tersebut. Oleh karena itu (paling tidak dalam kasus ini), hampir semua
pelanggaran etika terjadi karena pera karyawan merasa tertekan untuk melakukan
apa yang mereka pikir adalah cara terbaik untuk membantu perusahaan mereka.
- Pengaruh Atasan
Atasan menetapkan karakter umum, tindakannya
merupakan sinyal-sinyal tentang apa yang benar dan apa yang salah. Menurut
laporan,, misalnya “tingkah perilaku yang tidak dapat diterima saat bekerja
turun dengan dramatis saat para karyawan mengatakan para penyelia mereka
menunjukkan perilaku yang etis.” Hanya 25% karyawan yang setuju bahwa para
penyelia mereka “memberikan contoh yang baik mengenai perilaku bisnis yang
etis” mengatakan mereka telah melakukan pengamatan pelanggaran etika tahun
lalu, bandingkan dengan 72% yang tidak merasa bahwa para penyelia mereka
memberika contoh etika yang baik. Beberapa cara tentang bagaimana para penyelia
secara sadar (atau tidak sadar) mengarahkan bawahan untuk melakukan hal yang
tidak benar seperti : Mengatakan pada para staf untuk
melakukan apa pun yang diperlukan untuk mencapai hasil. Membebani berlebihan orang-orang dengan
kinerja puncak untuk memastikan pekerjaan tersebut selesai. Mencari jalan lain saat terjadi hal-hal
ilegal. Mengambil hasil kerja orang lain atau
menghindari kesalahan.
- Aturan Hukum dan Kebijakan Etika
Aturan dan kebijakan etika adalah satu tanda bahwa
perusahaan serius dalam masalah etika. Kadang kala aturan etika berjalan dengan
baik, dan kadang kala tidak. Sebagian perusahaan sangat mendorong karyawannya
untuk mengikuti “tes etika” untuk mengevaluasi apa yang akan mereka lakukan
sesuai dengan aturan sikap di perusahaan yang bersangkutan.
- 5. Budaya Organisasi
Budaya organisasi adalah karakteristik nilai,
tradisi, dan perilaku perusahaan yang dimiliki oleh para karyawannya. Nilai
adalah keyakinan dasar tentang apa yang benar dan salah, atau tentang apa yang
harus kita lakukan dan apa yang tidak (kejujuran adalah kebijakan yang
terbaik). Nilai merupakan hal terpenting karena nilai-nilai itu memberikan pedoman
dan menghubungkan perilaku, mengelola orang, membentuk perilaku mereka
tergantung pada pembentukan nilai-nilai yang mereka gunakan sebagai pedoman
perilaku. Oleh karena itu, budaya perusahaan harus mengirim sinyal yang jelas
tentang apa perilaku yang bisa dan tidak bisa diterima.
No comments:
Post a Comment